Landasan Pendidikan Islam
Sobatcpns.my.id, 31 Okt 2022 21.17 WIB
Ilustrasi kegiatan belajar mengajar (Kupukertas/Pixabay) |
Setiap
kegiatan atau aktivitas yang disengaja secara sadar untuk mencapai suatu tujuan
harus mempunyai dasar atau landasan sebagai pangkal titik tolak tempat berpijak
yang kokoh dan kuat. Di dalam menetapkan dasar suatu aktivitas manusia selalu
berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena
hal ini yang akan menjadi pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila
pandangan hidup dan hukum dasar yang dianut manusia berbeda, maka berbeda
pulalah dasar dan tujuan hidupnya.
Dasar suatu
bangunan yaitu fondamen yang menjadi landasan bangunan tersebut agar bangunan
itu tegak dan kokoh berdiri. Demikian juga dasar pendidikan islam yaitu
fondamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan islam dapat tegak
berdiri tidak mudah roboh karena tiupan angin kencang berupa ideologi yang
muncul baik sekarang maupun yang akan datang.
Dalam makalah ini, Penyusun akan menjelaskan tentang Dasar-Dasar Pendidikan Islam yang spesifiknya penjelasan ini akan mengarah pada Landasan Pendidikan Islam atau bisa disebut Dasar Pokok Pendidikan Islam.
A. Pengertian
Landasan Pendidikan Islam
Landasan
pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak
dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Landasan
religius pendidikan, yaitu asumsi-asumsi yang bersumber dari religi atau agama
yang menjadi titik tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi
pendidikan.
Jadi pada
intinya pengertian dari Agama Islam sebagai Landasan Pendidikan Islam adalah
praktek asumsi-asumsi yang bersumber dari syari’at Islam yang menjadi titik
tolak dalam rangka pendidikan Islam dan atau study pendidikan Islam.
B. Macam-macam Landasan
Pendidikan Islam
Hasan
Langgulung memberikan pemikiran dengan mengajukan enam macam landasan, yang
kemudian ada beberapa ahli pendidikan yang menambahkan satu landaasan lagi
sebagai sebuah penyempurnaan. Satu landasan ini ditambahkan dengan tujuan agar
segala proses pendidikan yang dilakukan
dapat bernafaskan dan bernuansa Islami, sehingga dapat bernilai Ubudiyah.
1. Landasan
Historis
Adalah dasar yang
berorientasi pada pengalaman pendidikan masa lalu, baik dalam bentuk
undang-undang, maupun peraturan-peraturan, agar kebijakan yang ditempuh masa
sekarang akan lebih bermakna dan mencerahkan
2. Landasan
Sosiologis
Adalah dasar yang
memberikan kerangka sosial budaya yang dengannya itu pendidikan dilaksanakan
3. Landasan
Ekonomi
Adalah dasar yang
memberi Perspektif tentang potensi-potensi manusia, keuangan, materi, persiapan
yang mengatur sunmber keuangan dan bertanggung jawab terhadap anggaran
pembelanjaan.
4. Landasan
Politik dan Administratif
Landasan yang memberi
bngkai ideologis, yang digunakan sebagai tempat bertolak untuk mencapai tujuan
yang di cita-citaan dan di rencanakan bersama. Sementara dasar administrasi berguna untuk memudahkan pelayanan pendidikan,
agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan teknis dalam
pelaksanaanya.
5. Landasan
Psikologi
Dasar yang memberi
Informasi tentang watak peserta didik, pendidik, motivasi dan inovasi peserta
didik, karakter, metode terbaik dalam praktekaggar mereka mampu meningkatkan
prestasi dan kompetensi dengan cara yang baik.
6. Landasan
Filosofis
Dasar yang memberikan kemampuan memilih yang terbaik, memberi arah suatu sisitem yang mengontrol dan memberi arah kepada semua dasar-dasar operasional lainya.
7. Landasan
Normatif
Dasar yang diturunkan dari ajaran agama dengan tujuan adanya tidakan kependidikan dapat dinilai ibadah, sebab ibadah merupakan aktualisasi diri yang paling ideal dalam pendidikan Islam.
C. Landasan Normatif Pendidikan Islam
Normatif berarti berpegang teguh pd norma; menurut norma atau kaidah
yang berlaku. Dengan demikian, landasan normatif Pendidikan Islam bisa
diartikan sebagai pijakan dari Pendidikan Islam menurut norma atau kaidah yang
berlaku. Adapun macamnya terbagi tiga, yaitu:
1)
Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan
kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril secara
bertahap dari surat al-Fatihah diakhiri surat al-Nas. sebagai
rahmat dan petunjuk bagi manusia dalam hidup dan kehidupannya, yang dapat
dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan dengan melalui ijtihad.
Dalam al-Qur’an terkandung dua ajaran yaitu “aqidah” yang berkaitan dengan
keimanan,dan “syariah” yang berkaitan dengan amal.
2)
As-sunnah
Adalah
perkataan, perbuatan, serta pengakuan Rasulallah Saw,yang merupakan sember
hukum Islam kedua setelah al- Qur’an. Dalam as-Sunnah juga berisi aqidah dan
syariah, disamping sebagi petunjuk untuk kemaslahatan umat manusia dalam segala
aspek untuk membina umat manusia menjadi insan yang bertaqwa, dari itulah
rasulallah Saw menjadi guru dan pendidik yang utama.
Dalam dunia
pendidikan, as-Sunnah merupakan cerminan segala tingkah laku, perbuatan
Rasulallah Saw yang patut diikuti oleh setiap muslim. Oleh karena itu pendidik
muslim menganggap sejarah Rasulallah sangat penting untuk membentuk generasi
muslim sesudahnya. Dalam as-Sunnah juga selalu membuka kemungkinan menafsiran
berkembang. Untuk itu ijtihad masih terbuka dan perlu ditingkatkan dalam
memahaminya, termasuk juga as-Sunnah yang berkaitan dalam pendidikan.
3)
Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqawah, yaitu berfikir
dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari’ah islam untuk
menetapkan atau menentukan sesuatu hukum atau syari’at islam dalam hal-hal yang
ternyata belum ditegaskan hukumnya oeh Al-qur’an dan As-sunnah. Ijtihad dalam
hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan.
Namun demikian ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah
yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al-qur’an
dan sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber
hukum islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasul Allah wafat.
Sasaran ijtihad adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang
senantiasa berkembang.
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari
Al-qu’an dan sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan
islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan lansung dengan
kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori
pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan denag ajaran islam dan kebutuhan
hidup.
Sejak diturunkan sampai Muhammad SAW wafat, ajaran
islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan
situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya ajaran
islam sendiri telah berperan mengubah kehidupan manusia menjadi kehidupan
muslim.
D. Landasan
Filosofis Pendidikan Islam
Landasan filosofis
pendidikan Islam yaitu bertumpu pada Tauhid yang menjadi rumusan akidah yang
kooh bagi kaum muslimin, agar tidak goyah dari berbagai kritikan dari filsof
materialisme yaitu:
a.
Tauhid adalah
tunggalnya wajib al-wujud (Necessary Being). Artinya: Tidak ada satupun wujud
selain wujud suci Tuhan
b.
Tauhid bermakna
ketaktersusunan Tuhan dari bagian-bagian. Atau Tuhan tidak memiliki rangkapan.
Dalam makna ini tauhid memiliki tiga jenis cabang:
a. Tidak tersusun dari
bagian-bagian yang aktual
b. tidak tersusun dari
bagian-bagian yang potensial
c. tida tersusun dari
kuiditas dan eksistensial
c. Tauhid bermaknan kesatuan sifatdan Zat dalam
realitas hakiki (obyek luar). Artinya bahwa sifat yang dinisbahkan kepada Tuhan
tidak sebagaimana sifat wujud materi yang secara aksiden berada dalam zat dan
mempengaruhi serta menyempurnakan zat itu sendiri.
d. Tauhid dalam perbuatan
Tauhid adalah
mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan beribadah kepadaNya semata. Ibadah
merupakan tujuan penciptaan alam semesta ini.Tauhid berdasarkan Al-Qur'anul
Karim ada tiga macam:
a.
Tauhid Rububiyah
Yaitu pengakuan bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu Wa
Ta'ala adalah Tuhan dan Maha Pencipta. Orang-orang kafir pun mengakui macam
tauhid ini. Tetapi pengakuan tersebut tidak menjadikan mereka tergolong sebagai
orang Islam. Allah Subhanahu W Ta’ala berfirman “Dan sungguh, jika Kamu bertanya kepada mereka, ‘Siapakah
yang menciptakan mereka’ niscaya mereka menjawab, ‘Allah’.” (Az-Zukruf:87)
Berbeda dengan orang-orang komunis, mereka mengingkari keberadaan Tuhan. Dengan
demikian, mereka lebih kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah.
b.
Tauhid Uluhiyah
Yaitu mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan
melakukan berbagai macam ibadah yang disyari'atkan. Seperti berdo'a, memohon
pertolongan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala , thawaf, menyembelih binatang
kurban, bernadzar dan berbagai ibadah lainya. Macam tauhid inilah yang
diingkari oleh orang-orang kafir. Dan ia pula yang menjadi sebab perseteruan
dan pertentangan antara umat-umat terdahulu dengan para rasul mereka, sejak
Nabi Nuh 'Alaihissallam hingga diutusnya Nabi Muhammad.
Dalam banyak suratnya, Al-Qur'anul Karim sering
memberikan anjuran soal tauhid uluhiyah ini. Di antaranya, agar setiap muslim
berdo'a dan meminta hajat khusus kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata.Dalam
surat Al-Fatihah misalnya, Allah berfirman, “Hanya Kepada Engkaulah kami
menyembah dan hanya kepada Engkau Kami memohon pertolongan.” (Al-Fatihah:
5)
Maksudnya, khusus kepadaMu (ya Allah) kami beribadah,
hanya kepadaMu semata kami berdo'a dan kami sama sekali tidak memohon pertolongan
kepada selainMu. Tauhid uluhiyah ini mencakup masalah berdo'a semata-mata hanya
kepada Allah, mengambil hukum dari Al-Qur'an, dan tunduk berhukum kepada
syari'at Allah. Semua itu terangkum dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku maka sembahlah
Aku." (Thaha: 14)
c.
Tauhid Asma' Wa Shifat
Yaitu beriman terhadap segala apa yang terkandung
dalam Al-Qur'anul Karim dan hadits shahih tentang sifat-sifat Allah Subhanahu
Wa Ta'ala yang berasal dari penyifatan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas DzatNya
atau penyifatan Rasulullah .
Beriman kepada sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala tersebut harus secara
benar, tanpa ta'wil (penafsiran), tahrif (penyimpangan), takyif (visualisasi,
penggambaran), ta'thil (pembatalan, penafian), tamtsil (penyerupaan), tafwidh
(penyerahan, seperti yang.banyak dipahami oleh manusia)
Maksud beriman kepada sifat-sifat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala secara benar adalah dengan tanpa hal-hal berikut ini:
a) Tahrif (penyimpangan):
Memalingkan dan menyimpangkan zhahir-nya (makna yang
jelas tertangkap) ayat dan hadits-hadits shahih pada makna lain yang batil dan
salah. Seperti istawa (bersemayam di tempat yang tinggi) diartikan istaula
(menguasai).
b) Ta'thil (pembatalan, penafian):
Mengingkari sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan
menafikannya. Seperti Allah berada di atas langit, sebagian kelompok yang sesat
mengatakan bahwa Allah berada di setiap tempat.
c) Takyif (visualisasi, penggambaran):
Menvisualisasikan sifat-sifat Allah Subhanahu Wa
Ta'ala . Misalnya dengan menggambarkan bahwa bersemayamnya Allah di atas 'Arsy
itu begini dan begini. Bersemayamnya Allah di atas 'Arsy tidak serupa dengan
bersemayamnya para makhluk, dan tak seorang pun yang mengetahui gambarannya
kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala semata.
d) Tamtsil (penyerupaan):
Menyerupakan sifat-sifat Allah Subhanahu Wa Ta'ala
dengan sifat-sifat makhlukNya. Karena itu kita tidak boleh mengatakan,
"Allah turun ke langit, sebagaimana turun kami ini". Hadits tentang
nuzul-nya Allah Subhanahu Wa Ta'ala (turunnya Allah) ada dalam riwayat Imam
Muslim. Sebagian orang menisbatkan tasybih (penyerupaan) nuzul ini kepada
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Ini adalah bohong besar. Kami tidak menemukan
keterangan tersebut dalam kitab-kitab beliau, justru sebaliknya, yang kami
temukan adalah pendapat beliau yang mena-fikan tamtsil dan tasybih.
e) Tafwidh (penyerahan):
Menurut ulama salaf, tafwidh hanya pada al-kaif (hal, keadaan) tidak pada maknanya. Al-Istiwa' misalnya berarti al-'uluw (ketinggian), yang tak seorang pun mengetahui bagaimana dan seberapa ketinggian tersebut kecuali hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala .
A. Kesimpulan
ü Landasan
Pendidikan Islam adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari syari’at Islam yang menjadi
titik tolak dalam rangka praktek pendidikan Islam dan atau study pendidikan
Islam
ü Adapun macam
landasan pendidikan Islam yaitu:
a)
Landasan Historis
b) Landasan
Sosiologis
c) Landasan
Ekonomi
d) Landasan
Politik dan Administratif
e) Landasan
Psikologi
f) Landasan
Filosofis
g) Landasan
Religius
ü Landasan Normatif berarti berpegang teguh pd norma, menurut
norma atau kaidah yang berlaku. Macamnya terbagi tiga, yaitu: al-Qur’an,
Sunnah, dan Ijtihad
ü Landasan filosofis pendidikan Islam yaitu bertumpu pada Tauhid yang menjadi
rumusan akidah yang kokoh bagi kaum muslimin, agar tidak goyah dari berbagai
kritikan
ü Tauhid berdasarkan Al-Qur'anul Karim ada tiga macam:
ü Tauhid Rububiyah
ü Tauhid Uluhiyah
ü
Tauhid Asma' Wa Shifat
DAFTAR PUSTAKA
Mujib Abdul dan Muzakir Jusuf.2006.Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Kencana Pernada Media.
Nata Abudin. 2001.Metodologi Studi Islam, jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Nafis Muntahibun Muhammad. 2011.Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Teras,
Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia.
Uhbiyati Nur. 2005. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
setia.
Belum ada Komentar untuk "Landasan Pendidikan Islam"
Posting Komentar